Beberapa hari yang lalu, di dalam kegiatan pelatihan bagi guru-guru SD di Surabaya, penulis memberikan soal sebagai berikut:
"Perhatikan lima bilangan berikut: 15, 20,23, 25, dan 27. Salah satu dari bilangan tersebut tidak cocok untuk dikumpulkan dengan yang lain. Bilangan berapakah yang dimaksudkan?"
Jawaban dari teman-teman guru ternyata cukup banyak.
1. Bilangan yang dimaksud adalah 15, karena bilangan yang lain memiliki angka puluhan 2, sedang 15 memiliki angka pilihan bukan 2.
2. Bilangan tersebut adalah 20, karena yang lain adalah bilangan ganjil, sementara 20 adalah bukan bilangan ganjil.
3. Bilangan yang tidak pantas masuk ke dalam kelompok tersebut adalah 23, karena bilangan yang lain bukan bilangan prima.
4. Bilangan yang dimaksud adalah 25, karena 25 adalah bilangan kuadrat, sementara yang lain bukan bilangan kuadrat.
5. Bilangan tersebut adalah 27, karena 27 adalah bilangan pangkat 3 sedang yang lain bukan.
Tentu saja semua jawaban tersebut benar. Penulis memang berharap agar mereka mau dan mampu melakukan hal tersebut. Penulis mengharapkan agar mereka menggunakan proses berpikir analitis kritis, kreatif, dan evaluatif untuk menjawabnya. Ternyata mereka mau dan mampu melakukan pemikiran tingkat tinggi.
Menurut hemat penulis, penugasan semacam inilah yang membantu anak belajar berpikir melalui matematika. Dengan penugasan semacam ini, mereka, para siswa, tidak hanya belajar matematika. Mereka juga belajar berpikir dengan menggunakan matematika sebagai bahannya.
Penulis membayangkan bahwa dengan belajar seperti ini, pemikiran anak akan terus dipacu untuk tumbuh dan berkembang. Dengan kemampuan berpikir tingkat tinggi semacam ini, penulis bisa berharap bahwa pada suatu saat, bangsa ini akan mencapai kemajuan dan berdiri sama tinggi dengan bangsa maju lainnya.
Penulis yakin bahwa kalau anak didik kita dibelajarkan kemampuan berpikir tingkat tinggi, mereka akan lebih memiliki kemampuan bertahan hidup dan bahkan kemampuan mewarnai kehidupan. Mereka akan menjadi penerus generasi yang mengibarkan warisan budaya bangsa yang mempesona. Alangkah indah dan hebatnya mimpi ini.
Karena itu, menurut hemat penulis, sungguh sangat bijak sekali bila sekali waktu kita sebagai guru memberikan soal-soal open-ended (soal dengan banyak jawaban benar) di dalam pembelajaran yang dilakukan. Kita berikan kesempatan anak untuk memanfaatkan matematika yang dimilikinya untuk mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi tersebut.
Tentu, kita perlu banyak bentuk soal seperti ini. Untuk itu, penulis mengharapkan agar salah satu bentuk kegiatan MGMP atau KKG adalah membuat soal open ended. Bukankah hal itu sangat mungkin?
Mari kita coba... semoga kita bisa berkontribusi untuk kemajuan bangsa dan negara.
Semoga bermanfaat.
Salam
MAHKOTA DEWA
Rabu, 01 April 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Arsip Blog
-
▼
2009
(67)
-
▼
April
(9)
- BELAJAR DARI KESUKSESAN SMP 8 YOGYAKARTA DALAM MEN...
- JAWABAN SOAL NO 5 OSN HARI 2 OSN SMP NAS 2008
- MODEL PEMBELAJARAN SPL2V BERACUAN KONSTRUKTIVE & M...
- MEMIMPIKAN SEKOLAH SEBAGAI SUMBER ILMU PENGETAHUAN
- JARI JARI LINGKARAN LUAR SUATU SEGITIGA
- JARI JARI LINGKARAN DALAM SUATU SEGITIGA
- RPP ERA SERTIFIKASI GURU
- SOAL OPEN ENDED
- MEMBAGI RUAS GARIS SAMA PANJANG
-
▼
April
(9)
3 komentar:
assalam...
setuju banget dengan pendapat ustadz, tapi terkadang saya bingung dengan tuntutan UN (apa hanya alasan aja yach...)biasanya UN soal yang "formal-formal" sedangkan soal ini sederhana tapi butuh tenaga tux berpikir.
oh yach...saya minta tolong ustad, bisa jelaskan tentang perbedaan tentang bilangan pecahan dan bilangan rasional
kalo bisa saya tunggu postingnya
wassalam
wa'alaikum salam ... thanks atas dukungannya... UN adalah tantangan masa kini... membantu kreativitas dan daya berpikir tingkat tinggi lainnya adalah masa depan...
kita harus tetap bekerja di masa kini, tetapi jangan lupa masa depan saja... kata orang tua lho
mengenai tulisan tentang pecahan dan bilangan rasional, moga-moga saya bisa sampaikan kapan-kapan... sudah ada dalam rencana sich...
Salam
soalnya kurang tepat, letak kekurang tepatannya terletak pada kata dikumpulkan...
kata dosen sy.
hhe
Posting Komentar