MAHKOTA DEWA

MAHKOTA DEWA
Inilah gambar dari Mahkota Dewa... Tanaman ini dipercaya banyak menyembuhkan penyakit... Nach... Apakah ada di antara teman-teman yang memilik data tentang pertumbuhannya? Adakah model matematika yang bisa kita kembangkan dari data-data itu? ... Kalau pun tidak... apakah mungkin kita bisa belajar matematika daripadanya?

Kamis, 11 Juni 2009

ENCYCLOPEDIC SCHOOL

Teman-teman sekalian...

Kapan dan seberapa seringkah anak didik kita berinteraksi dengan materi segitiga, suku banyak, dll yang ada di dalam buku?

Kayaknya, anak didik kita berinteraksi dengan materi-materi tersebut ketika kita membelajarkan materi itu. Frekuensi interaksinya pun jarang sekali: hanya sekali atau dua kali sepanjang usia mereka di jenjang pendidikan yang sedang ditekuni. Satu dua kali dalam 6 tahun ketika di SD. Satu dua kali dalam 3 tahun ketika di SMP, atau di SMA.

Menurut hemat penulis... rendahnya frekuensi mereka berinteraksi dengan ilmu-ilmu yang ada di dalam buku ini membuat mereka CEPAT LUPA dengan apa yang telah dibelajarkan. Sekarang paham, besok atau lusa sudah tidak ingat lagi... Bukankah seperti itu kenyataannya? Bukankah kita seringkali merasa gemas karena usaha pembelajaran yang sudah kita lakukan ternyata tidak bisa tahan lama?

Nach...kita perlu memikirkan bagaimana membantu siswa kita. Sehubungan dengan itu, penulis mencoba memikirkan fasilitasi yang dapat dilakukan oleh guru atau sekolah agar siswa kita bisa lebih tahan lama memahami pengetahuan yang dipelajarinya.
Sepanjang pengalaman penulis menekuni dunia pendidikan... rasa-rasanya belum ada satu sekolah pun yang bisa dikategorikan sebagai PUSAT ILMU. Rasanya belum pernah kita mengalami dimana ketika kita memasuki gerbang sekolah, kita seakan-akan memasuki pusatnya ilmu. Dinding, lantai, dan semua bagian sekolah lebih banyak BERSIH dan HAMPA dari ilmu. Andaikata ada tulisan, paling-paling isinya berupa HIMBAUAN, SEMBOYAN, KATA-KATA MUTIARA, PEPATAH. Cilakanya lagi, kadang tulisan itu tidak dimengerti pula oleh siswa.

ANDAI setiap dinding, taman, lantai, dan segenap bagian dari sekolah tersebut memuat ilmu pengetahuan yang ditata rapi dan indah, sungguh sekolah itu ibaratnya ENCYCLOPEDIC SCHOOL. Ilmu pengetahuan yang semula hanya ada di buku atau di encyclopedia, dan hanya dibaca sesekali saja, sekarang dapat diakses lebih sering. Mereka tidak hanya berinteraksi dengan materi itu sekali dua kali saja. Hampir setiap saat mereka bisa berinteraksi dengan materi ilmu pengetahuan itu tanpa harus membuka buku.

Dengan encyclopedic school, setiap saat anak memiliki akses ke ilmu pengetahuan, berkali-kali. Setiap pandangan mata mereka, baik ketika bermain, istirahat, atau jalan-jalan, pasti akan dihadapkan dengan ilmu pengetahuan. Ilmu itu akan selalu diakses dalam waktu yang jauh lebih sering daripada hanya tersimpan di buku.

Karena itu, menurut hemat penulis, daripada hanya ada di dalam buku, mungkin kalau prosedur menggambar sudut yang kongruen, membuat garis bagi sudut, teorema pythagoras, rumus-rumus dll, akan lebih baik kalau semuanya itu ada di dinding atau taman atau tempat lainnya di sekolah. Sediakan ilmu itu di seluruh lingkungan sekolah. Demikian pula dengan materi matematika yang lain, dan materi mata pelajaran lainnya: IPA, IPS, Bahasa, dll.

Bukankah yang demikian itu memberikan peluang kepada anak untuk tidak mudah lupa?

Nach.. teman-teman sekalian.

Saya ingin mengajak teman-teman untuk menjadikan sekolah masing-masing sebagai ENCYCLOPEDIC SCHOOL.

Caranya mudah kok. Hayo kita unduh ilmu yang ada di buku dan di encyclopedia. Kita print-out ke dalam bentuk digital printing, dan kita pasang di dinding atau diletakkan di dekat pohon, taman, bel sekolah, atau di mana yang sesuai. Buat print out yang indah... jangan terkesan kumuh.

Gantilah secara periodik, sehingga lebih banyak ilmu yang bisa dipelajari anak, dan juga supaya tidak bosan. Selanjutnya, untuk menjaga kelestariannya, kalau perlu, ajak anak untuk bertanggungjawab terhadap penataan, perawatan, dan keamanan dari print out itu.

OK

Itu yang bisa penulis bagikan saat ini. Semoga bermanfaat.

Salam

2 komentar:

jk mengatakan...

assalamu'alaikum ustad

saya sebetulnya punya ide seperti itu, tetapi ada event tertentu yangakan bikin kita ribet dengan ide kita, yaitu, ketika pelaksanaan ujian ntar harian/blog, smester, akhir nasional maka pajangan2 itu harus dilepas (walau hanya ada di dalamkelas). saya kemarin ma PPL UM tlah buat "poster matematika" n sekarang nganggurr...

adakah solusi biar kita g bongkar pasang yang terlalu menyibukkan??

gimana kalo dengan mading matematika yang hanay di beberapa temapat saja? bisa nggak yach?

Abdur Rahman As'ari mengatakan...

Waalaikumsalam wr wb
....
Saya membayangkan bahwa bahan-bahan itu ada di luar kelas... kalau di dalam kelas biarlah itu karya anak-anak...
....
Kelas adalah kerajaan anak-anak, sedang luar kelas adalah kerajaan guru dan warga sekolah lainnya...
...
mungkin perlu ada sebagian tempat di luar kelas untuk tempat karya anak terbaik saja...
...
Mengenai ribet pemasangannya di luar kelas kayaknya agak berkurang dech... andaikata ribet sekalipun, insyaALLAH ribetnya itu akan terbayar dengan pemahaman siswa yang lebih tahan lama...
Biasalah... Jer Basuki Mawa Bea
...
Atau, kalau perlu cari cara supaya itu tetap dijalankan dengan tidak terlalu ribet..
...
Salam