MAHKOTA DEWA

MAHKOTA DEWA
Inilah gambar dari Mahkota Dewa... Tanaman ini dipercaya banyak menyembuhkan penyakit... Nach... Apakah ada di antara teman-teman yang memilik data tentang pertumbuhannya? Adakah model matematika yang bisa kita kembangkan dari data-data itu? ... Kalau pun tidak... apakah mungkin kita bisa belajar matematika daripadanya?

Sabtu, 27 Juni 2009

KAMUS MATEMATIKA DALAM BAHASA INGGRIS

Penulis berkali-kali mencoba mencarikan kamus matematika dalam bahasa Inggris bagi teman-teman guru yang mengajar matematika dengan bahasa Inggris. Berbulan-bulan bahkan mungkin sudah berbilang tahun, penulis mencari terus bahan tersebut di internet.

Nach...

Beberapa hari yang lalu, penulis berhasil menemukan sebuah kamus. Kamus ini menurut pengarangnya dirancang untuk para siswa. Tetapi, pengarangnya juga mengatakan bahwa kamus ini bisa digunakan pula oleh guru, orang tua siswa, dan juga mahasiswa perguruan tinggi.

Menurut hemat penulis, kamus ini sangat baik. Selain disajikan secara sederhana, kamus ini juga memuat ilustrasi yang memungkinkan pembacanya memahami maksud pengarangnya. Guru-guru matematika yang mengajar di RSBI menurut hemat penulis perlu atau bahkan wajib memiliki buku ini.

Karena penulis memperolehnya secara gratis, maka penulis juga akan membagikannya secara gratis pula. Hanya, teman-teman sekalian perlu menyadari bahwa buku ini mungkin agak berat diunduh. Memorinya cukup besar.

Tapi tak apalah... penulis mempersilahkan teman-teman untuk mengunduhnya di sini. Siapa tahu bisa diunduh dengan mudah dan bermanfaat. Amin.

Salam

NB:
Sepintas penulis membaca definisi sudut. Kelihatannya beda dengan apa yang biasa kita pakai. Teman-teman perlu agak hati-hati juga memahami hal ini.

Senin, 22 Juni 2009

TENTANG SEGI EMPAT

Rupanya, pemahaman siswa tentang bangun segi empat masih kacau. Ketika suatu persegipanjang dilukiskan tidak sejajar dengan sudut pandang normal, agak dimiringkan, mereka mengatakan bahwa bangun tersebut bukan persegipanjang.

Demikian pula dengan kaitan antara bangun segi empat yang satu dengan yang lain. Mereka mengatakan bahwa persegi itu bukan rhombus (belah ketupat). Persegi juga bukan persegi panjang.

Menurut hemat penulis, pemahaman mereka perlu dimantapkan. Karena itu, teman-teman guru kayaknya perlu memikirkan ulang bagaimana membelajarkannya.

Anyway,

Beberapa waktu yang lampau, penulis sempat mengunduh suatu power point tentang segi empat. Lumayan bagus, apalagi bagi teman-teman yang mengajar di kelas RSBI, karena tulisannya dalam bahasa Inggris.

Di dalam power point itu, setiap bangunnya dikaji sifat-sifat yang dimilikinya. Pembuat power point ini memulainya dengan mengkaji sifat-sifat jajaran genjang. Semua sifat jajaran genjang tersebut dituliskan satu per satu.

Selanjutnya, pembuat power point ini menguraikan sifat-sifat dari persegi panjang. Dituliskan pula sifat-sifat persegi panjang tersebut. Sifat-sifat persegi panjang yang sama dengan sifat jajaran genjang ditulisnya dengan warna yang sama. Sementara sifat persegi panjang yang tidak dimiliki oleh jajaran genjang ditulis dengan warna yang berbeda.

Proses yang sama dilakukan oleh pembuat power point ini untuk bangun persegi, belah ketupat, dan trapesium.

Berdasarkan kesamaan dan perbedaan sifat itulah pembuat power point ini selanjutnya membuat diagram venn yang mengaitkan hubungan antar bangun-bangun segi empat tersebut.

Teman-teman tertarik untuk mengetahui power point tersebut? Silahkan diunduh di sini.

Semoga bermanfaat

Kamis, 11 Juni 2009

ENCYCLOPEDIC SCHOOL

Teman-teman sekalian...

Kapan dan seberapa seringkah anak didik kita berinteraksi dengan materi segitiga, suku banyak, dll yang ada di dalam buku?

Kayaknya, anak didik kita berinteraksi dengan materi-materi tersebut ketika kita membelajarkan materi itu. Frekuensi interaksinya pun jarang sekali: hanya sekali atau dua kali sepanjang usia mereka di jenjang pendidikan yang sedang ditekuni. Satu dua kali dalam 6 tahun ketika di SD. Satu dua kali dalam 3 tahun ketika di SMP, atau di SMA.

Menurut hemat penulis... rendahnya frekuensi mereka berinteraksi dengan ilmu-ilmu yang ada di dalam buku ini membuat mereka CEPAT LUPA dengan apa yang telah dibelajarkan. Sekarang paham, besok atau lusa sudah tidak ingat lagi... Bukankah seperti itu kenyataannya? Bukankah kita seringkali merasa gemas karena usaha pembelajaran yang sudah kita lakukan ternyata tidak bisa tahan lama?

Nach...kita perlu memikirkan bagaimana membantu siswa kita. Sehubungan dengan itu, penulis mencoba memikirkan fasilitasi yang dapat dilakukan oleh guru atau sekolah agar siswa kita bisa lebih tahan lama memahami pengetahuan yang dipelajarinya.
Sepanjang pengalaman penulis menekuni dunia pendidikan... rasa-rasanya belum ada satu sekolah pun yang bisa dikategorikan sebagai PUSAT ILMU. Rasanya belum pernah kita mengalami dimana ketika kita memasuki gerbang sekolah, kita seakan-akan memasuki pusatnya ilmu. Dinding, lantai, dan semua bagian sekolah lebih banyak BERSIH dan HAMPA dari ilmu. Andaikata ada tulisan, paling-paling isinya berupa HIMBAUAN, SEMBOYAN, KATA-KATA MUTIARA, PEPATAH. Cilakanya lagi, kadang tulisan itu tidak dimengerti pula oleh siswa.

ANDAI setiap dinding, taman, lantai, dan segenap bagian dari sekolah tersebut memuat ilmu pengetahuan yang ditata rapi dan indah, sungguh sekolah itu ibaratnya ENCYCLOPEDIC SCHOOL. Ilmu pengetahuan yang semula hanya ada di buku atau di encyclopedia, dan hanya dibaca sesekali saja, sekarang dapat diakses lebih sering. Mereka tidak hanya berinteraksi dengan materi itu sekali dua kali saja. Hampir setiap saat mereka bisa berinteraksi dengan materi ilmu pengetahuan itu tanpa harus membuka buku.

Dengan encyclopedic school, setiap saat anak memiliki akses ke ilmu pengetahuan, berkali-kali. Setiap pandangan mata mereka, baik ketika bermain, istirahat, atau jalan-jalan, pasti akan dihadapkan dengan ilmu pengetahuan. Ilmu itu akan selalu diakses dalam waktu yang jauh lebih sering daripada hanya tersimpan di buku.

Karena itu, menurut hemat penulis, daripada hanya ada di dalam buku, mungkin kalau prosedur menggambar sudut yang kongruen, membuat garis bagi sudut, teorema pythagoras, rumus-rumus dll, akan lebih baik kalau semuanya itu ada di dinding atau taman atau tempat lainnya di sekolah. Sediakan ilmu itu di seluruh lingkungan sekolah. Demikian pula dengan materi matematika yang lain, dan materi mata pelajaran lainnya: IPA, IPS, Bahasa, dll.

Bukankah yang demikian itu memberikan peluang kepada anak untuk tidak mudah lupa?

Nach.. teman-teman sekalian.

Saya ingin mengajak teman-teman untuk menjadikan sekolah masing-masing sebagai ENCYCLOPEDIC SCHOOL.

Caranya mudah kok. Hayo kita unduh ilmu yang ada di buku dan di encyclopedia. Kita print-out ke dalam bentuk digital printing, dan kita pasang di dinding atau diletakkan di dekat pohon, taman, bel sekolah, atau di mana yang sesuai. Buat print out yang indah... jangan terkesan kumuh.

Gantilah secara periodik, sehingga lebih banyak ilmu yang bisa dipelajari anak, dan juga supaya tidak bosan. Selanjutnya, untuk menjaga kelestariannya, kalau perlu, ajak anak untuk bertanggungjawab terhadap penataan, perawatan, dan keamanan dari print out itu.

OK

Itu yang bisa penulis bagikan saat ini. Semoga bermanfaat.

Salam

Sabtu, 06 Juni 2009

SATU CARA MENGAKHIRI PELAJARAN YANG MENARIK

Di dalam mengakhiri suatu kegiatan pembelajaran, guru kadang menyampaikan kesimpulan dari pelajaran saat itu dan murid tinggal mencatat. Akibatnya, catatan semua murid seragam, tidak beda satu sama lain.

Praktik di atas, biasanya dilakukan oleh guru yang menganut paham behavioris. Ilmu bagi guru ini adalah sesuatu yang bersifat obyektif dan berada di luar otak anak. Tugas guru adalah mentransfer ilmu tersebut ke otak anak. Karean keobyektivannya, guru sangat peduli dengan ketepatan kata, kalimat, bahkan simbol yang harus direkam anak. Anak tidak boleh mengkonstruksi sesuatu yang lain.

Kalau guru sudah mulai mengenali kaidah konstruktivisme, pembuatan kesimpulan ini kadang sudah diserahkan kepada anak. Anak-anak diminta untuk menuliskan hal-hal penting yang dipelajarinya hari itu, merenungkannya mengapa bisa dipahami atau justru sulit dipahami, dan mempertimbangkan langkah ke depannya. Mereka diminta untuk menggunakan kalimatnya sendiri, sehingga kesimpulan tersebut sering tidak seragam.

Permintaan kepada anak yang demikian ini OK-OK saja. Hanya saja, menurut penulis, ada baiknya kalau guru mencoba menggunakan banyak cara yang berbeda. Dengan cara yang berbeda, minimal anak akan memperoleh pengalaman yang lebih kaya dan terkurangi kejenuhannya.

Apa saja yang bisa dilakukan?

Pada kesempatan ini, penulis mencoba berbagi dua cara yang bisa digunakan untuk mengakhiri suatu kegiatan pembelajaran.

Cara 1.
Sampaikan kepada siswa bahwa membantu siswa yang tidak hadir, atau siswa lain yang tidak mengikuti kegiatan pelajaran hari ini adalah penting dan mulia. Ketidakhadiran akan membuat yang bersangkutan tidak memahami apa yang telah dibahas hari ini. Karena itu, kalau kita bisa membantu mereka yang tidak hadir itu memahami apa yang dipelajari hari ini, sungguh itu merupakan hal yang sangat baik.

Selanjutnya mintalah kepada siswa untuk "menulis sepucuk surat kepada mereka yang tidak hadir itu tentang apa yang dipelajari hari ini, bagaimana proses mempelajarinya, dan di dalam surat itu jangan lupa pula diberikan petunjuk-petunjuk yang bisa digunakan untuk mempermudah pemahaman".

Cara 2.
Sampaikan kepada siswa bahwa mereka mungkin akan ditelepon oleh temannya yang tidak masuk. Mereka tentu ingin mengerti tentang apa yang telah dipelajari. Kita harus mempersiapkan percakapan telepon yang membantu pemahaman teman yang tidak masuk tersebut.

Karena itu, guru bisa meminta siswa untuk "menuliskan suatu percakapan telepon imajinatif yang berisikan tanya jawab antara siswa yang tidak masuk dengan siswa yang masuk pelajaran. Tanya jawab tersebut tentunya tentang apa yang dipelajari, proses belajarnya, dan mungkin pula petunjuk-petunjuk penting yang bisa digunakan untuk membantu mempermudah pemahaman."

Nach... dengan dua cara ini, para siswa ditantang untuk merenungi apa yang telah dipelajari, menganalisis hal-hal yang mungkin akan menyebabkan kesulitan dalam memahaminya, dan memberikan alternatif solusinya.

Bukankah ini sesuatu yang baik dalam belajar?

Penulis yakin, siswa yang berhasil membuat surat atau menuliskan percakapan telepon imajinatif semacam ini akan memiliki pemahaman yang lebih baik. Menjelaskan kepada orang lain, baik secara lisan atau tertulis, akan membantu pemahaman yang lebih baik kepada orang yang menjelaskan ini.

Nach

Itulah yang bisa penulis sharingkan saat ini. Semoga bermanfaat dan memberikan inspirasi kepada teman-teman sekalian dalam membelajarkan siswa-siswa kita.

Salam

RPP KITA LUAR BIASA ANEH

Beberapa saat yang lalu penulis berkesempatan melihat bagaimana teman-teman mengembangkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Penulis sungguh merasa heran dan prihatin dengan bentuk RPP mereka. Apalagi, mereka mengatakan bahwa bentuk ini sudah merupakan hasil binaan yang berwenang. WOW... luar biasa.. penulis nggak habis pikir dengan kenyataan ini.

Salah satu keprihatinan penulis adalah pada apa yang dituliskan oleh teman-teman di dalam langkah-langkah pembelajaran. Berikut penulis sampaikan salah satu contoh langkah-langkah kegiatannya.

Pendahuluan:
1. Membahas Pekerjaan Rumah (PR)
2. Guru memberitahukan tujuan pembelajaran

Kegiatan Inti:
1. Siswa mengerjakan LKS secara berkelompok
2. Siswa mempresentasikan hasil kerjanya di depan kelas
3. Siswa menyelesaikan tugas secara individu atau kelompok
4. Ketika siswa menyelesaikan tugas, guru melakukan evaluasi
5. Siswa, dengan bantuan guru, membuat kesimpulan
6. Guru memberikan latihan soal kepada siswa

Penutup
1. Guru memberikan pekerjaan rumah

Coba perhatikan...

Semua langkah tersebut bersifat generik dan bisa diisi dengan konten apapun (IPA, IPS, Bahasa, Kesenian dll). Apa demikian ini langkah-langkah dalam pembelajaran matematika?

Kalau hanya seperti itu, menurut hemat penulis, tak perlulah kita menyusun RPP. Kita tidak membuat pembedaan dalam setiap materi yang akan diajarkan. Apakah kompleksitas materi yang kita ajarkan sama sehingga langkah-langkah pembelajarannya juga disamakan?

Penulis beranggapan bahwa RPP Matematika harus kental dengan matematikanya juga. Betapapun, karakteristik mata pelajaran mempengaruhi strategi pembelajarannya.

Bagaimana menurut pendapat teman-teman?

Semoga ini menjadi perhatian kita bersama.

Salam