Seringkali terdengar keluhan dari guru tentang kurangnya waktu yang tersedia untuk membelajarkan matematika. Padahal, sudah begitu banyak materi yang dikurangkan dalam Standar Isi. Seharusnya, pengurangan tersebut semakin melonggarkan waktu yang bisa dimanfaatkan oleh guru untuk membelajarkan. Tetapi, keluhan itu masih saja terdengar. Mengapa?
Menurut hemat penulis ada beberapa hal yang menjadi penyebab.
Pertama, cara kita membelajarkan anaknya cenderung melalui CERAMAH. Cara ini dipandang cara yang paling mudah dan mampu membelajarkan. Bahkan, kalau tidak berceramah, kita masih belum ikhlas. Padahal, menurut hasil penelitian, kalau siswa belajar hanya dengan mengandalkan kepada mendengarkan ceramah guru, maksimal hanya 15% isi dari ceramah itu yang bisa dipahami dan diingat-ingat oleh siswa. Wajar kalau setiap kali mau masuk ke materi berikutnya, guru masih menemukan siswanya belum paham materi sebelumnya. Mereka harus mengulang kembali materi sebelumnya. Dengan demikian, waktunya habis untuk mengulang materi yang sebelumnya. Karena itu, pembelajaran yang mengedepankan pemahaman yang mantap harus diupayakan untuk meningkatkan efisiensi penggunaan waktu belajar ini.
Kedua, digunakannya pendekatan spiral dalam kurikulum di republik ini, memungkinkan adanya satu materi yang diajarkan di jenjang SD dan jenjang SMP, atau jenjang SMP dan jenjang SMA. Sayangnya, pembelajaran yang terjadi di jenjang lebih tinggi seringkali mengulang pembelajaran di jenjang sebelumnya. Tidak ada perbedaan pembelajaran yang signifikan di antara kedua jenjang tersebut. Materi pecahan yang sudah diajarkan di jenjang SD, diajarkan dengan cara yang sama di jenjang SMP. Jadi, waktunya dihabiskan hanya untuk melakukan pembelajaran yang kurang menggigit. Alasan yang dikemukakan di bagian pertama seringkali dikedepankan. Untuk itu, guru dari jenjang ke jenjang harus sering bersilaturahmi agar bisa saling memahami apa yang sudah dilakukan di jenjang sebelumnya, dan apa yang bisa dilakukan pada jenjang berikutnya.
Ketiga, pembelajaran terdiferensiasi (differentiated instruction) hampir tidak pernah diterapkan. Pembelajaran dilakukan untuk sebagian besar anak. Pembelajaran untuk anak yang pandai yang bermotivasi tinggi, disamakan dengan pembelajaran untuk anak yang berkesulitan belajar, dan rendah motivasinya. Anak yang mestinya bisa belajar secara mandiri, dan memerlukan hanya sedikit bantuan, cenderung dibelajarkan dalam tempo yang jauh lebih rendah dari yang seharusnya. Akibatnya, mereka cenderung mengganggu dalam belajar, mengecoh penilaian guru terhadap pemahaman seluruh siswa, sehingga pembelajaran menjadi tidak efektif dan menuntut pengulangan di materi selanjutnya. Untuk itu, guru perlu menerapkan pembelajaran terdiferensiasi. Guru harus menyiapkan materi yang bervariasi untuk kelompok-kelompok yang ada. Minimal kita membentuk tiga kelompok siswa. Satu kelompok siswa yang mandiri, satu kelompok siswa yang lumayan, dan sisanya satu kelompok siswa yang memerlukan bimbingan penuh. Untuk siswa yang mandiri, berikan kontrak belajar, dan biarkan mereka memenuhi kontrak tersebut. Untuk kelompok yang lumayan, berikan dia LKS yang bisa dikerjakan secara mandiri. Untk kelompok yang terakhir, ajarkan dia dengan alat peraga manipulatif, dan bimbing secara setahap demi setahap. Mungkin sesekali guru perlu menengok progress dan hasil belajar kelompok yang lain. Tetapi, waktu guru lebih banyak dihabiskan untuk membimbing kelompok yang tidak bisa.
Keempat, pembelajaran yang cenderung sekuensial. Pembelajaran yang kita lakukkan bergerak setahap demi setahap secara sekuensial, dari materi yang satu ke materi yang berikutnya. Kita jarang sekali menerapkan pembelajaran dimana beberapa materi dibelajarkan sekaligus dalam waktu bersamaan. Sebenarnya, ketika kita membelajarkan sistem persamaan linear, metode eliminasi, metode substitusi, metode matriks, metode grafis bisa diajarkan secara serempak. Satu kelompok diminta membahas satu topik, kelompok lain membahas topik lain, dan seterusnya sehingga semua materi tersebut terbahas dalam satu kali pertemuan. Dengan begitu, materi yang seharusnya diselesaikan dalam empat kali pertemuan, bisa diselesaikan dalam satu kali pertemuan saja. Bukankah ini akan lebih efisien? Untuk itu, coba kaji betul materi-materi yang ada, dan pikirkan materi yang bisa diajarkan secara simultan dengan cara jigsaw.
Barangkali itu saja untuk kali ini. Mari kita cobakan semampu kita. Semoga dengan itu, kita tidak lagi mengeluh kekurangan waktu.
Salam
MAHKOTA DEWA
Rabu, 24 Desember 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Arsip Blog
-
▼
2008
(26)
-
▼
Desember
(23)
- KAPAN BOLEH GUNAKAN KANSELASI
- Jawaban SOAL NO 1 HARI I OSN SMP NAS 2008
- ONE MINUTE MATH
- MENCARI CARA MENGEFISIENKAN WAKTU PEMBELAJARAN
- ADA YANG SALAH DALAM PEMBELAJARAN BARISAN BILANGAN
- METODE ELIMINASI: APANYA YANG TERELIMINASI?
- MEMBELAJARKAN SOAL CERITA
- ALTERNATIF JAWABAN SOAL JAJARAN GENJANG
- Investigasi Matematis
- SEPELE TAPI KADANG MEMBINGUNGKAN
- TEKNIK UNTUK COMPUTATIONAL ESTIMATION
- Sekilas tentang Lesson Study
- SOAL JAJARAN GENJANG
- KAIDAH BERTANYA
- MEMBERDAYAKAN MGMP dan KKG
- KLASIFIKASI BANGUN SEGI EMPAT
- Soal Segitiga dan Pencerminan
- Pembelajaran Statistik di SD
- PEMBINAAN UNTUK SUKSES OSN
- Pembelajaran Matematika Kreatif: POHON MATEMATIKA
- Soal Cerita Menarik dalam Aljabar
- Mengelaborasi Kompetensi Dasar
- Strategi Pembelajaran REACT dalam Aljabar
-
▼
Desember
(23)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar